Saham Coca-Cola Naik Pasca Laporan Penghasilan Kuartal yang Lebih Baik
Coca-Cola melaporkan penghasilan kuartalan yang lebih baik dari perkiraan hari ini. Ini mengalahkan ekspektasi penjualan organik untuk kuartal pertama, dan harga sahamnya naik pada jam perdagangan pra-pasar.
The Coca-Cola Company (NYSE:KO) melaporkan kinerja keuangannya untuk kuartal pertama, dan harga sahamnya terlihat menguat dalam perdagangan pra-pasar. Coca-Cola melaporkan penjualan organik yang lebih baik dari perkiraan dan telah mengalahkan ekspektasi baik untuk EPS triwulan maupun pendapatan.
Harga saham bereaksi positif setelah ditutup melemah pada Jumat lalu. Saham Coca-Cola diperdagangkan pada titik tertinggi sepanjang masa, dan perusahaan juga membayar dividen.
Coca-Cola telah menaikkan dividennya selama 59 tahun terakhir berturut-turut, dan perkiraan imbal hasil dividennya adalah 2,70%. Juga, rasio pembayarannyas sebesar 72,10%, dan tingkat pertumbuhan dividen 5 tahun sebesar 3,66%.
Sorotan kinerja Q1 2022
Pendapatan, margin operasi, dan EPS tumbuh di kuartal tersebut. Pendapatan bersih pada kuartal pertama tahun ini tumbuh 16% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sedangkan margin operasi sebesar 32,5%, lebih tinggi dari 30,2% di tahun sebelumnya. Selain itu, EPS tumbuh sebesar 23% menjadi $0,64.
Apa yang dikatakan analis tentang harga saham Coca-Cola?
Dari 20 analis yang meliput harga saham Coca-Cola, 16 telah mengeluarkan peringkat beli dan 4 mengeluarkan peringkat netral. Tidak ada analis yang mengeluarkan peringkat jual.
Baru-baru ini, JP Morgan telah mempertahankan peringkat belinya dengan target harga $68/saham. Morgan Stanley melakukan hal yang sama, tetapi kali ini dengan target harga $76.
Coca-Cola beroperasi dengan margin laba kotor 60,27% selama dua belas bulan terakhir, lebih tinggi dari median sektor sebesar 34,72%. Pada harga pasar saat ini, kapitalisasi pasar perusahaan mencapai $ 282,89 miliar, dengan EV (enterprise value) sebesar $ 316,37 miliar.
Coca-Cola menghentikan bisnisnya di Rusia sebagai akibat dari konflik Rusia-Ukraina. Akibatnya, diperkirakan kinerja tahun 2022 akan terpengaruh sekitar 1% hingga 2% dalam hal pendapatan bersih dan operasional.